SEJARAH

Program studi Farmasi berada di bawah naungan Fakultas MIPA dan Kesehatan, Program studi ini resmi berdiri pada tahun 2018 sesuai dengan Surat keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi No. 1128/KPT/I/2018. Farmasi merupakan program studi termuda diantara program studi lain (Fisika, kimia, biologi dan keperawatan) yang sudah lebih dulu berdiri bersamaan dengan dibukanya Fakultas MIPA dan Kesehatan pada tahun 2008.

Menurut PP No.51 Tahun 2009, Farmasi berkaitan dengan obat- obatan, termasuk obat tradisional dan kosmetika. Bukan hanya sekedar meracik atau membuat sediaan obat, tapi juga pengendalian mutu, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan tradisional.

Adapun alasan berdirinya program studi ini adalah didasarkan oleh masih kurangnya tenaga kesehatan terutama Tenaga kefarmasian dan Apoteker yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat di fasilitas kesehatan (klinik kesehatan, puskesmas dan rumah sakit), instansi pemerintah (BPOM, Laboratorium Kesehatan, DINKES kota, Provinsi dan Kemenkes), Pabrik Farmasi, PBF, dan apotek serta institusi pendidikan (Dosen, Asisten dosen dan Peneliti). Di tahun 2016 sebesar 258.704.986 jiwa jumlah penduduk Indonesia, hanya ada tenaga kefarmasian sebanyak 38.829 di Puskesmas dan Rumah Sakit di Seluruh Indonesia dengan persentase 0,015 % tenaga kefarmasian berbanding jumlah Penduduk (sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2016).

Berdasarkan informasi dari IAI (Ikatan Apoteker Indonesia), idealnya rasio 1 apoteker di Indonesia melayani 4-5 ribu orang, sedangkan saat ini baru mencapai kisaran 1 apoteker untuk 8.000 jiwa penduduk. Jika diasumsikan penduduk Indonesia tahun 2016 berjumlah 260 Juta jiwa maka dibutuhkan tenaga kefarmasian/apoteker sekitar 650.000 orang, dan pasti di tahun 2019 ini jumlah kebutuhan tenaga kefarmasian/apoteker yang dibutuhkan tersebut jauh lebih besar dari
650.000 orang.